Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2017

Sebelum Larut.

Merah, merona,  seperti sebuah darah tapi tak mengering.. Seusai perbincangan hangat hingga pagi mulai menguning.. Rentang, dengan sedikit senyum tak mau menentang,, Lihat, banyak yang terlalu mau berperilaku menyimpang.. Seperti mata,  selalu berkedip selalu mengelak dengan sadar atau sengaja tak menyadari.. Layaknya perbuatan yang tak harus keji,  kusam karena debu... Kadang lidah saja tak cukup untuk menggunjingnya,  perlu sedikit penetrasi agar nurani terguggah, bukan seperti dogma idealis atas nama agama yang lurus tapi semu... Serupa tapi tak sama,Penyeragaman menjadi mitos yang terabaikan dari antara denotasi dan konotasi, lalu pun tersadar mati dan berakhir pada teks tertulis saja atau pada gambar hewan hewan endimik hasil persilangan antara Alam liar dan kebun binatang.. Manipulator yang cerdas yang cenderung licik, memanusiakan manusia hanya menjadi Tugas Tuhan lalu bergerak seperti robot robot dari bibit teknologi yang lupa akan punya akal budi.. Sesak, tak suka

Wasangka, dan keyakinan

Mungkin dia sudah tahu. Tapi dia pura-pura tidak tahu Kemarin sudah berniat mau beri tahu Hanya saja terhambat oleh hati yang masih ragu Mau mundur sudah terlanjur. Ibarat busur yang sudah meluncur Yang tak bisa lagi ditarik mundur Walaupun nantinya akan layu bagaikan daun yang gugur Memang perjuangan yang bodoh. Dengan modal keyakinan diri untuk berjodoh Seperti kemustahilan menghentikan lumpur lapindo Yang menggenangi kabupaten sidoarjo. Walaupun begitu, aku selalu sadar Bahwa itu suatu hal yang wajar dan sangat begitu mendasar Dipermukaan bumi yang entahlah bulat atau datar Dari sinilah ku mengambil pelajaran Dengan menyadari inilah arti kehidupan bila mana kau mau berusaha bukan cara yang instan Akan tetapi berusaha dan berdo'a kepada tuhan Tapi ku selalu percaya Suatu saat nanti hatinya akan tergoyah dengan penuh rasa percaya Layaknya seorang umat kepada agama dan keagungan tuhanya. Ujhe_polles

Sore Pada Kaili

Awan perlahan tidak menakutkan lagi. Sudah dari kemarin sore bias cahaya menembusnya dari sela2 pegunungan Noki. Aktivitas kaum urban kota sedikit demi sedikit kembali ramai, walau diantara mereka masih ada terbesit keraguan. Sore ini nampak berbeda, setelah tiga hari melawan sakit yg disebabkan oleh angin dan pola makan yg tdk teratur, ada sedikit asa disini, ditempat ini, dibawah pohon jambu yg rindang dan warna-warni dedaunan. Menunggumu adalah keindahan. Bagaimana tidak, seperti ujar seorang kawan "hujan ini telah lama  tak henti, aku menunggunya tidak jatuh, sebentar saja...agar orang2 yg terjebak di kiri kanan badan jalan dapat melanjutkan perjalanannya. Bukankah mengetahui kita bisa sampai ditujuan adalah hal yg menakjubkan?" Iyaaa...kau sepertinya adalah tujuan aku menunggu, dengan kedinginan sikapmu ternyata ada banyak api disana. Iyaa, kau tidak seperti yg lain, dibalik keluguan jawabanmu ada jutaan aksara dari ribuan teks buku di dalamnya. Aghhh...dan senyumm

Kembalilah,!

Menyusuri jalan berkelok dengan sebuah langkah cepat roda kendaraan, dengan angan itu liburan dini hari yang pasti dengan gelap dan sedikit remang.. Ada tawa yang selalu renyah di dengar kan,  dengan segelas kopi di genggaman kiri, dengan angin malam yang dengan tidak ber etika berhembus memukul wajah karena mata terlalu malas untuk tertutup rapi dan tak mau terlelap.. Ada kala semuanya hening dan beberapa orang saudara memilih rehat sejenak sebelum sampai di mana angin laut bersahut sahutan dengan ombak menuju bibir pantai karena pasir nya yang tak seputih dulu. Beberapa tembakau racikan dan di kemas modern dan beredar di pasar pasca pancaroba terus menerus ku nyalakan dari jemari kananku dan tek hentinya sesampainya disana. Melewati bangunan bangunan tua di salah kota bersejarah,  dan kadang orang orang me representasi kan sejarah sebagai daerah wisata yang sering di gandrungi remaja masa kini. Pesisir pantai yang identik dengan tumbuhan kelapa yang terlihat tak begitu akur dengan

penipu khayalanku

"dahsyat!!!"  Begitulah kira-kira teriakan dimalam minggumu. Ketika kau ikut disuatu lembaga yang entah apalah namanya Seketika itu rasa kecewa melanda sekejap mendengar kau terjerumus kedalamnya. entah kau tidak tau, ataukah memang kau tertipu hingga tergiur. Ingin rasanya memisahkanmu dari kelompok itu. Apalah daya, pengetahuanku tak sejauh sampai disitu Kekecewaanku memuncak setelah menyadari bahwa kesibukamu telah menjauhkanmu pada tanggung jawabmu. Hay kamu, sang wanita dambaanku. Tengoklah kebelakang seperti kau melihat dari depan kaca spion motor matic dikala kau memakai helm standarmu. Dulu alarmku untuk menandai akan adanya sosokmu berpatokan pada kendaraan itu. tapi sekarang bahkan jejak langkahmu tak lagi ku temui di sekelilng pergaulanku.. Kini tugasmu sudah jauh berbeda, memanfaatkan ketidak tahuan orang lain demi keuntungamu. Hai kamu wanita dambaanku. Apalah dayaku yang sudah tahu akan hal itu hingga tak mau mengikuti dibawah (kiri/kanan) bintang k

Terasa Lucu.

Kenapa anda anda sekalian terus saja berlomba lomba mengamankan posisi yang tak setatis dan fleksibel itu,  membentuk aliansi kotak kotak dengan logo logo penuh makna.. Atas nama kesejahteraan berembuk mengangkat satu nama untuk di usung pada pesta demokrasi berikut nya,  apa yang akan anda lakukan dalam satu periode? Kemana pergi nya janji janji manis itu yang kalian tabur lewat ikatan sebangsa dan sedesa... Dalam pemilihan umum berikut nya kita akan melihat wajah-wajah baru yang hanya akan menjadi limbah-limbah hasil ekstraksi masa-masa pemilih pemula  sebagai perwujudan demokrasi.. Pembangkangan moralitas dan penyebaran isu sara,  mengumpulkan masa sebanyak banyaknya untuk membangun dunia tanpa dosa dan omong kosong mengatas namakan agama, beretorika dengan lantang di depan ribuan jiwa agar setara dengan nabi dan rasul serta dewa.. Layaknya keledai yang tertutup matanya oleh penunggangnya.. Di kota ini, keterpurukan moral adalah kecerdasan dan gaya hidup,.. Moment moment yang

penantian setia

duduk santai di pinggir kali sambil duduk meminum kopi kalau dipandang berkali-kali pilihan pasti tak pakai tapi   kopi Hitam diminum panas   takut dingin di tutup rapat   kalau pilihan sudah pas   menunggu lama yang penting dapat Ujhe_polles

Jadi Bajingan

Kalau sedang jatuh cinta, realitas bisa jadi serba hiperbolik . Fakta-fakta empiris sering pula diabaikan. Banyak penyair sudah membahasakan ini. Dari Giring Nidji hingga Sapardi, cinta pernah dibahasakan dengan beragam jenis kata dan melodi. Ketika jatuh cinta, akan muncul perasaan senang sampai kecemasan. Cemas, bukan takut. Sesuatu yang menggelisahkan dan tak jelas objeknya. Atas nama penulis Vigilius Haufniensis, filsuf Kierkegaard menulis bahwa kecemasan, misalnya dialami seorang laki-laki yang berdiri di tepi sebuah gedung tinggi atau tebing menghadap jurang. Laki-laki itu merasa cemas. Saat itu, ia mengalami rasa takut terlempar masuk ke dalam jurang dan tewas mengenaskan, tapi pada saat yang sama, dalam lubuk hatinya, sang laki-laki merasa punya dorongan untuk sengaja melemparkan diri ke jurang. Perasaan cemas itu tak lain adalah akibat dari kebebasan. Manusia punya kebebasan untuk memilih masa depan. Laki-laki di tepi jurang punya kebebasan penuh untuk memilih unt

Pagi di Kedai Kopi

Mengawali hari sepagi ini, dengan rintik hujan yang membasahi bumi. Motor tuaku juga ikut pesta basah-basahan di halaman kedai kopi. Penuh ketenangan duduk sendiri, ditemani lagu payung teduh yang agak sayup-sayup terdengar ditelinga. Teringat seorang perempuan yang menjadi hadiah   paling spesial di hari ulang tahunku, kala itu dia menemani malamku dengan cerita dan senyum indahnya. Dengan sedikit ragu , Aku memainkan jari- jemariku untuk menanya kan kabarnya, berharap hal itu tak mengganggu aktivitasnya saat ini yang sibuk dengan Praktek Kerja Industrinya. "adik sudah bangun..?" satu kalimat yang sedikit bodoh bagiku untuk mengawali percakapan di telefon genggamku yang bisa dikatakan ketinggalan zaman, terdominasi teknologi-teknologi telefon genggam pintar yang baru dan berkembang sangat pesat. Selang beberapa menit kemudian, sambil merapikan lesehan dikedai kopi, telefon genggamku bergetar dengan jantungku yang juga berdebar-debar berharap itu pesan balasan

Melemah? Tidak!

Seketika seperti berada di ruang hampa tanpa ada sedikit kata yang bisa ku dengar,  tiba" merenung kemabali... Apa yang terjadi?  Kenapa seperti ada yang kurang!  Semoga kelesuan ini hanya sementara, dalam harapku pada yang tersadar! Seketika merasa lemah, terluluh lantah tak bertenaga! Siapa yang mampu menguatkan dan mampu mengembalikan canda tawa yang sebelumnya tak pernah terlewatkan.. Rasa-rasanya jiwa ini kurang sehat dan sedikit sesak, kadang juga detak jantung terasa lambat dan tak punya semangat.. Seperti halnya ketika hujan sore hari di halte buss pada sudut kota yang ramai,  sembari menunggu dia datang membawa payung peneduh di atas trotoar kota dan menuntun ku ke sebuah kedai kopi dalam rangka menghangatkan badan. bersamaan dengan itu,  akan ada secercah harapan bahwa di perjalanan pulang nanti akan terlihat dengan sedikit jelas dan lumrah, ada pelangi sehabis hujan.. Ketika pagi datang,  memulai beberapa aktivitas sehari hari..  Berjalan menuju institusi pendidikan

Buku Punya Bersama

https://thinkpyxl.com/blog/book-recommendations-mark-zuckerberg Sebuah buku tergeletak di meja. Ia benda mati yang terlihat sungguh tak punya daya. Beberapa bagiannya yang kusam seperti tanda-tanda kematiannya. Bahkan benda mati pun tahu persis kapan waktu ia menjemput ajalnya. Buku itu tak punya ekspresi. Berbelas pasang mata melihatnya sambil lalu saja. Luka saja tidak mampu ia ciptakan, apalagi kebahagiaan. Pada pokoknya, ada kalanya, ia yang tergeletak itu seakan bukan bagian dari kehidupan. “Eh, buku siapa itu? Bagus tuh.” Kemudian kejelian mata seorang gadis menyulap situasi. “Buku saya, kakak.” Tetiba eksistensi seseorang diubah dari kepemilikannya. Aku punya, maka aku ada. Aku punya buku, kau tak punya. Di awal percakapan dua orang, sebuah buku sedang diberi nyawa. “Boleh dipinjam ya? Saya sudah lama ingin baca.” Nyawa buku semakin penuh. Kalau boleh ia punya ekspresi, mungkin ia akan mengembangkan senyum paling jumawa. “Kenapa tidak beli?” “Ah, baca

Hadiah Melati Dihariku

Tak ada deskiripsi untuk perasaan ini, Dia hadir tak terduga membuatku lupa isi dunia,   entah mengapa hanya dia yang ada di dalam jiwa, hati terpropaganda karena keberaniannya, dia mulai bicara bersama keindahannya. sungguh indah ciptaanmu tuhan.. Kuharap ini semua tak berakhir di obrolan malam ini, Ekspektasi liar mulai muncul dalam imaji, Membuahkan sebersit harapan yang semoga menjadi sebuah kenyataan, Untuk memiliki dan menjaganya juga membuat dia nyaman. Standarisasi yang kubangun di masa sekolah dulu menjelma didalam dirinya. Tentang seimannya, Tentang hijabnya, Tentang indahnya,   Dan tentang hobinya. Dia sempurna.. hadiah hariku terasa istimewa.

Tidak ada

Tak perlu ada yang di pastikan,  tak perlu ada yang bisa di janjikan,  statemen,  klarifikasi,  atau pun di perdebatkan oleh beberapa orang pada belasan jam pada waktu malam menjelang pagi. Karena hati dan bahasanya hanya lah bayangan sementara,  tak perlu menjadi realitas, cukup ada tanda dan pemaknaan agar komunikasi ini terus berkepanjangan.. Selamat pagi putri tidur,  akan ku suguhkan segelas keluguan, kepolosan, kesederhanaan, dan apa yang harus kau lakukan cukup menikmati nya dengan cara seperti biasa,  di sruput!  Kenali dia lebih dalam lewat aroma dan asamnya Arabica nusantara.. Malam ini terasa lebih dingin dari biasanya,  tak ada kata yang tepat untuk menggambarkan waktu terakhir kali kau datang sebelum pergi dan entah kapan kau kembali bertanya,....  "apa yang akan kau suguhkan untukku malam ini sembari berbincang hingga sang fajar memunculkan wujud nya?"... Seperti doa yang telah mengenal keyakinan.. Bagai sungai yang menyatu dengan laut Sesudah itu senyap

Katanya.......

Katanya Dekati dulu Tuhannya baru dekati ciptaan-Nya Jodoh itu cerminan dari diri sendiri Yang baik hanyalah untuk yang baik pula Pantaskan diri sebelum mencari Dalam ikhiarku mencari mu, tertera hasrat yang menderu pada seseorang yang tak kutahu siapa dan dimana saat ini berada Aku hanya merasakan rindu tapi entah pada siapa Tahukah, engkau adalah alasan mengapa kuaktifkan radar ini Radar yang mencari sinyal melalui tengadah doa Mengiba pada Allah untuk mendekatkan pertemuan dengan cara memantaskan diri Radar yang telah aktif mencari sinyal yang seirama Sefrekuensi untuk dapat dijumpakan dengan caraNya Jika aku baik, maka aku akan dipertemukan dengan yang baik Jika aku buruk, maka aku akan dipertemukan dengan yang buruk Kuaktifkan radar ini dengan memantaskan diri sebaik mungkin Cinta adalah anugerah Merasakannya adalah fitrah Menjaganya adalah ibadah Karena jatuh cinta adalah mubah Maka menyikapinya bisa menjadi pahala berlimpah Atau j

Menuju Punah Sebelum Kiamat.

Di masa depan bersamaan dengan munculnya beberapa robot pengganti manusia untuk melakukan banyak pekerjaan manusia yang begitu kompleks dan sakaratul maut,  isu apa lagi yang akan di ciptakan untuk mengundang pertikaian antar umat, kaum,  suku dan ras hadir di tengah" kedamaian yang sampai saat ini masi menjadi mitos dan persepsi tatap muka.. Menurut analisis NASA,  bumi sudah mulai menjadi tua dan kusam, bumi tempat dimana jutaan generasi muda terus di produksi atas dasar kenikmatan(horni). Mungkin bumi ini mengalami penuaan dini akibat banyaknya usaha-usaha para manusia lanjut usia untuk mengumpulkan harta kekayaan emas dan lempengan" baja berharaga yang bernilai lebih,  ada juga yang dengan sengaja menyebarkan polusi pada lingkungan sekitar hanya untuk menjadi raja dari suatu bangsa di beberapa benua.. Antartika terkena efek dari pemanasan global karena yang lain sibuk di dalam ruangan ber pendingin menghitung tabungan hasil riba dan dan semoga saja tak lupa bersedekah...

Mungkin Hati Yang Bicara

Dalam diam, hati yang bicara. Tak ada pergerakan dan semua terlihat berbeda, Berharap bibir berucap agar suara bisa mendominasi tawa ribuan serangga, Malam akan pergi kemudian berganti pagi, Duduk berdua tanpa ada kata, hati yang bicara. Kayu api unggun sedikit lagi akan menjadi bara , Binar mata saling tatap ragu, Sedikit malu tapi dalam hati berharap malam jangan dulu berlalu, Merah bara api pun   mulai menjadi abu, Dingin ujung malam mulai menembus tulang, Cahaya rembulan yang memantul didanau mulai menghilang tertutup awan, Rintik hujan turun tak terduga   membasahi rerumputan, Suasana gelap mulai merubah keadaan, Dan gelappun menjadi awal dan akhir dari pembicaraan, Terlontar kata dari bibir indah nan menawan sang perempuan, “Ayo Kita Pulang...”

No Black No Game

No Black No Game Kening dahinya segera mengkerut dan seketika ujung lidahnya menjerembat keluar seusai air hitam kopi itu bersenggama dengan lidahnya dalam rongga tak bertulang. Mirip dengan live report bunuh diri yang viral di media sosial minggu ini. "uweekkkk...kenapa pahit sekali ini"??? Sebuah pertanyaan sekaligus menjadi steatment awam dari orang-orang yg selama ini memberikan gula pada kopinya. Ekspresi seperti itu sebenanya telah banyak berlalu lalang di depan mini bar. Bahkan, beberapa diantaranya sebelum mencicipi kopi , aku sudah bisa menebak ekpresinya. Di depan mini bar ini, berbagai macam ekspresi telah aku lihat, mulai dari mereka yg seringkali memberikan pujian terhadap segelas kopi yg mereka tegak habis sampai mereka yg seolah-olah suka tapi sebenarnya rasanya aneh. Tapi ekspresi kali ini, dari seorang gadis agak berbeda. Bukan pada gerak kinesik wajahnya yg menggeliat berantakan setelah cairan kopi itu menyerang lidahnya, tapi pada tafsirku mengenai ekspr

Kenapa?

Kenapa? Ketika yang bebas mulai bertanya Orang disana mengumpulkan massa Mencari suara dan merebut kuasa Padahal disini ibu pertiwi menangis dan tak berdaya Air hujan tak sanggup menutupi air matanya Karena kini salah satu petani kini telah tiada Kenapa? Mungkin ideologi pancasila hanyalah dongeng belaka Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia menjadi hembusan harapan yang takkan jadi kenyataan teruntuk pemimpin lihatlah kami didepan istana yang menginginkan kemerdekaan yang merata ini bukan sekedar kritik jalanan bukan sekedar suara sumbang yang tak butuh jawaban Kenapa? Ah,sudahlah.. menk ft. obe

Penikam Punggung!

Semu dan terasa sarkas karena hampa.. Rada nan menjajak seribu langkah yang tersia.. Malam menggeliat tak mau melihat pagi.. Matahari terlalu pagi menghianati.. Mata kusuk terus terbuka hingga petani ke ladang pagi buta.. Kesenyapan melanda rongga dada paling dalam dan terbata.. Diam dalam nyawa yang membeku, melunta meminta kasih.. Saat-saat menderu tanpa arah dan kisah.. Serangan jantung,  stroke, diabetes, Seperti perlahan melenyapkan seribu nyawa yang mengemis derajat pada yang punya kuasa, dan ber akhir pada suatu usia yang sudah di tentukan dan entah tak tahu kapan Yang tak punya ijazah termentahkan ke seberang jalan nan jauh disana atau menetap di trotoar sembari berharap TUHAN yang MAHA pemurah lagi MAHA pengasih dan seterusnya, lewat tangan" yang katanya malaikat tak bersayap pemeluk agama itulah materil penunjang usia di teruskan bagi penghuni trotoar jalan yang acap kali terusir secara tidak halus layaknya kisah zainudin dan hayati.. Banyak sejarah yang ters

Single Origin..

Duduk hening di dalam mini barr Coffee shop, terpaku akan panggilan beberapa biji kopi yang bersemayam dalam toples,  mereka seakan bersajak ingin di seduh.. Hujan... Dalam dingin nya malam aku menantikan perempuan yang biasa menemani ku minum kopi sampai mentari menunjukkan wujud nya.. Berbicara tentang hal yang bukan tentang kita tapi kadang juga sesekali dia tersenyum dan memalingkan wajah nya yang kecil itu sembari menunjukkan ketajaman berpikir layaknya para filsuf terdahulu.. Kisahnya mengingat kan ku pada suatu masa dimana dulu aku  tak percaya pada satu hal yang selalu menjadi salah satu tujuan semua manusia.. Terlalu lama menunggunya, kopinya membeku dan tak mau mencair! dan apa yang tak ku ketahui banyak tentang nya menjadi pudar karena dia terlalu banyak melewati persimpangan jalan sebelum akhirnya dia sampai di depan mini barr dengan rentetan toples-toples berisikan kopi.. Jangan lupa kembali ke kota ini sang penikmat kopi tubruk...! Senja.

GOD!

Kelamnya kata neraka tak sebanding dengan keinginan adanya surga yang tak pernah benar" di ketahui manusia yang hidup seperti sandiwara semu yang menjadi hegemoni. Seperti apa tempat itu?  Selalu mengarahkan manusia pada ketakutan dimana kematian akan datang setelah usia senja itu tertutup rapat di dalam peti mati, terbungkus kain kafan, dan terkunci di Perut buma, atau juga menjadi abu yang akan terbang bersama angin malam.. Surga dan neraka yang manunggal dan penghakiman hari akhir, itu hanya  salah satu dari beberapa produk agama yang diciptakan manusia,  yang di konsumsi untuk memperkuat  eksistensi TUHAN sebagai pengahrapan terakhir manusia itu sendiri.. Apakah adanya Beberapa kaidah-kaidah ke agamaan tercipta mengatur manusia demi sebuah keteraturan? Berhentilah memplagiat kiamat kalian para pengkhianat lantai dansa.. Jangan kirimi kami undangan menuju tempat yang kalian pun tak pernah tahu dan merasakan tempat itu.. Sudahi saja komoditas ke agamaan itu.. Melelahkan

Merdeka (?)

Kaki melangkah dengan penuh rasa bangga, Kepala sengaja diangkat seakan penuh kuasa, Tunduk dan meilhat kebawah tak ada dalam kosa kata, Dalam tahu atau ketidaktahuan semua halal bagi mereka, Ideologi memihak dan membela rakyat jelata, Tertiup hembusan badai kepentingan   Semata, Wangi khas mata uang kita,   Menjadi pemicu utama hilangnya tekad membela, Kemudian sedikit demi sedikit membangun dinasti kuasa, Agar lestari nama terjaga hidup sejahtera, Apakah ini yang dikatakan merdeka? Ketika petani terancam lara karena lahan berubah menjadi bangunan perusahaan? Ketika   trotoar jalan masih dijadikan penginapan diatas selokan yang layak menjadi hunian? Ketika kail dan jala rindu sentuhan nelayan karena reklamasi pantai yang   menjadi sebuah kebingungan, Apakah membawa kemajuan atau hanya semata merusak ekosistem alam? Dimana kalian orang   pilihan ? Yang dahulu datang dengan janji-janji manis pembawa perubahan? Ah, sudahlah.. Merdeka hanyalah kata belaka

Closing Steatment

        Seperti kata yang tak bertuan, malam itu tak akan kemana-kemana terkecuali ada pada dirimu. Kamu terus saja menundukkan wajah, entah malu, segan atau takut ketika bibir tak beretika terus saja komat kamit seakan nabi yang bersabda pada malam. Pada sudut yang berbeda, perlahan wajahmu menegadah menuju garis lurus mata bulat ini, eye level point, "tidak, aku tidak bisa", ujarmu ragu. Kemudian kembali menunduk teratur, sembari mengambil nafas perlahan wajahmu kembali menegadah, "maksud saya, aku tidak bisa saat ini. Tapi mungkin dilain malam aku bisa saja".                    Dan percakapan singkat ini pun usai di ujung lorong kecil menuju haribaanmu.