kisah mengukir hati relung yang terdalam, mengendap seperti pencuri pagi siang dan malam ..
menunggu merpati bawa berita baru duduk dingin pada sebuah bangku taman ..
terus saja menebak langkah kaki siapa gerangan yang datang..
hujan selalu menasehati bawalah payung ketika bepergian supaya langkah tak tersendat, supaya tak selalu berteduh di tempat asing melulu..
tanah selalu basah tanpa pohon, tat kala manusia berpayung agar terteduhkan dan tak basah seketika..
di antara ragam rupa warna daun.. menguning dan basah batangnya terlalu rapuh untuk menunggu musim gugur bertiup hening ..
naluri tak cukup tentang rasa, seperti tentang sikap pula perlahan seimbang antara ruas pada jeruji hati,, bahkan ketika tubuh berkehendak atas jiwa!
aku ada pada lukisan yang kau kunjungi dalam galeri pameran
aku ada dalam setiap irama lawas pengusik kenangan
aku meledak melesat menjauh ketika egomu berteriak kesakitan,
aku ada sebagaimana cakrawala memisahkan air, membentuk lautan dan awan-awan di langitmu...
keramaian sudah begitu usang dalam sepi, tak mampu menerjemahkan gejolak emosi, dan amarah di redam tanpa sadar..
sekejap saja rona pipimu berubah wujud bak layaknya kertas yang mudah basah lalu membanjiri bibirmu yang mungil itu..
penampakan klasik dalam gambar memori jingga, merah tak lagi cerah seperti biru, hijau tak lagi sejuk seperti putih..
digram warna tak bisa terbahasakan pada diam yang tak kunjung padam, maka diam mu tak akan membawa kata sebagai dalih..
hanya alih untuk mengingat bahwa pada sang pencipta harapan itu ada ..
Comments
Post a Comment