Minggu pagi yang terlalu bising namun yang terjadi pada secangkir
kopi kian makin hening…
Tanpaha dirmu, keluh kusampaikan merintih pada rindu pada daun
yang terus menguning…
Atau, tak sekalipun pernah kuingat lagi kapan kali terakhir rambut
ini terjamaholeh tanganmu..
Tanya itu adalah banyanganmu yang kadang jadi bunga tidur dan
lenyap tersapu malu..
Mata terlalu sayup, tangan terlalu lemah, kaki terasa beku..
Sepertinya tubuh ini bahkan tak punya kemampuan untuk menggapaimu
di persimpang jalan..
Kaupun mungkin terlalalu apatis untuk bercinta di bawah semesta
biru..
Layaknya pemuda hari ini, ber apatis ria di dalam Negara
membungkam diri karena terkonstitusi..
Aku adalah pemuda dari Masa lalu yang butakan kata setia dan
makna kesetiaan..
Dana lalu, apakah kau dari persimpangan jalan dengan sengaja
melupa bahwa tubuhku merindu pelukmu..
Pemuda dari masa lalu, dengan kesepian menyusuri jalanan ,
melawan arus keserakahan atas yang terkoyak..
Pemuda dari masa lalu, bersama secuil bayangan,
berdialektika dengan berkawan, untuk melawan berharap akan ada perubahan..
Pemuda dari masa lalu, yang setiap sabtu sore selalu kembali
berkawan dan berkemah, berdiskusi pada alam tentang revolusi..
Pemuda dari masa lalu, masih bertanya kenapa pendahulunya hilang
tak berjejak menyisakan tangis di setiap kamis… ??
Hilangmu masih sebatas tanda tanya , bukan perih yang akan ada
tangis di setiap kamis..
pergimu, seperti pagiku yang selalu di sambut lantang oleh langit
mendung pada hujan yang menderu-deru..
derai berai semesta seperti hujan air mata karena musibah menimpa
langit biru..
maka tak akan pernah ada pelangi setelah tersedu-sedu..
seninku adalah upacara di kamar gelap dalam rangka memperingati
atas hilannya dirimu dalams etiap mingguku..
akhir tahunku, setahun tanpamu sebagai resolusi akan hadirnya
dirimu bisa menggenapitahun-tahunku..
Senja..
Comments
Post a Comment