Untukmu Tak Lagi meninggi
Yang Baik adalah tak perlu terisi
Biarkan saja aku meredam
Tapi jangan pernah merekam
Suara yang lebih tinggi layaknya emosi
Dan perilaku bertindak sebagai tuan
Rumah pun terasa seperti hunian peri
Maka ajakan baik pun bagai hujatan
Malam hari adalah kegelisahan dalam kegelapan
Cahaya pun jadi penerang kegelapan atau teman
Ingatan tak ingin lagi tersimpan lalu pergi dengan sopan
Beranjak dari kursi meletakan buku dan kacamata setan
Bulan dan bintang semakin nyata bahwa itu malam
Tak ku percaya lagi ramalan cuaca karena malam begitu hitam
Putih, kematian bukan hanya gelapan dan kain hitam
Duka yang mendalam, terlalu sedih untuk merasakan kelam
Mata uang tersisihkan karena angka angka besar selalu memikat
Lebih bernilai ekonomi ketimbang makna dan hakikat
Indeks harga saham tradisional membuat pedagang terlihat jahat
Paras yang memikat agar bisa hidup sebagai penjilat
Tak banyak tahu siapa sebenarnya Tan malaka bagi Indonesia
Bukunya tak terlalu terkenal di kalangan pelajar dan mahasiswa
Tergantikan dengan munculnya investor asing karena sudah seperti saudara
Invasi produk gagal terus menerus berdatangan dari cina
Oo ibu, kala mentari pagi nanti terbit setiap hari biarkan aku terlelap dan menjajaki mimpi dan bergaul dengan ingatan ingatan manusia lainnya. Maafkan anakmu yang rupawan ini jika setiap malam, adalah dimana canda tawa kehidupan dia temukan walaupun finansial nya tak bisa membuat nya kaya raya bermandikan uang kertas berenang di dalam emas.
Ibu, tenang sudah! biarkan anakmu ini menentukan pilihan seperti apa jalan yang akan anakmu telusuri atau se terjal apa bukit yang akan di daki, tenanglah ibu! Masa tuamu adalah waktunya menyenangkan hati dan menjaga kesehatan... Ibu, anakmu yang rupawan ini sedang dalam proses belajar tentang banyak hal karena dinamika hubungan antar manusia saja saja tak cukup melihat realitas secara historis, ibu, ketahuilah anakmu ini bermalam minggu bersama kekasihnya karena menurutnya semua malam sama saja, yang menjadi pembeda adalah akhir matahari terbenam di petang hari...
Senja.
Yang Baik adalah tak perlu terisi
Biarkan saja aku meredam
Tapi jangan pernah merekam
Suara yang lebih tinggi layaknya emosi
Dan perilaku bertindak sebagai tuan
Rumah pun terasa seperti hunian peri
Maka ajakan baik pun bagai hujatan
Malam hari adalah kegelisahan dalam kegelapan
Cahaya pun jadi penerang kegelapan atau teman
Ingatan tak ingin lagi tersimpan lalu pergi dengan sopan
Beranjak dari kursi meletakan buku dan kacamata setan
Bulan dan bintang semakin nyata bahwa itu malam
Tak ku percaya lagi ramalan cuaca karena malam begitu hitam
Putih, kematian bukan hanya gelapan dan kain hitam
Duka yang mendalam, terlalu sedih untuk merasakan kelam
Mata uang tersisihkan karena angka angka besar selalu memikat
Lebih bernilai ekonomi ketimbang makna dan hakikat
Indeks harga saham tradisional membuat pedagang terlihat jahat
Paras yang memikat agar bisa hidup sebagai penjilat
Tak banyak tahu siapa sebenarnya Tan malaka bagi Indonesia
Bukunya tak terlalu terkenal di kalangan pelajar dan mahasiswa
Tergantikan dengan munculnya investor asing karena sudah seperti saudara
Invasi produk gagal terus menerus berdatangan dari cina
Oo ibu, kala mentari pagi nanti terbit setiap hari biarkan aku terlelap dan menjajaki mimpi dan bergaul dengan ingatan ingatan manusia lainnya. Maafkan anakmu yang rupawan ini jika setiap malam, adalah dimana canda tawa kehidupan dia temukan walaupun finansial nya tak bisa membuat nya kaya raya bermandikan uang kertas berenang di dalam emas.
Ibu, tenang sudah! biarkan anakmu ini menentukan pilihan seperti apa jalan yang akan anakmu telusuri atau se terjal apa bukit yang akan di daki, tenanglah ibu! Masa tuamu adalah waktunya menyenangkan hati dan menjaga kesehatan... Ibu, anakmu yang rupawan ini sedang dalam proses belajar tentang banyak hal karena dinamika hubungan antar manusia saja saja tak cukup melihat realitas secara historis, ibu, ketahuilah anakmu ini bermalam minggu bersama kekasihnya karena menurutnya semua malam sama saja, yang menjadi pembeda adalah akhir matahari terbenam di petang hari...
Senja.
Comments
Post a Comment