Skip to main content

Ritual ‘Pelepasan’ Diri Ala Tantra Vapor

Dia tak nampak, namun keberadaannya tak dapat terabaikan. Seperti doa para pewaris kejayaan, selalu ada api di setiap teriakan perlawanan pada rezim. Mungkin terdengar parau, sedikit sesak dan tertatih hanya saja kepalan tangan tak dapat dikendurkan. Peradaban sedikit demi sedikit bergeser, dari tangan terbuka menengadah ke langit ala para sufi hingga tangan di atas para social worker penuh modus. Dari para khilafah yang ikhlas menyebar syiar agama hingga para ulama yang sibuk di belantara media layar kaca demi rating. Begitulah cara kerja zaman, mendekonstruksi tafsir-tafsir filosofis menjadi jawaban-jawaban remeh temeh, “iya, suka aja”.

Resah…?
Jangan khawatir, karena dunia ini masih banyak memiliki orang-orang baik dan penuh makna dalam setiap geraknya. Mungkin mereka tak kasat mata karena kebulan asap dan wangi cream, tapi mereka ada di beberpa sudut kota sedang melakukan ritual-ritual kemanusiaan, bersenggama ala serat sentini dengan sedikit bumbu modernisasi di dalamnya. Dulu, sang nenek yang giginya ompong itu seringkali melinting dan menghisap kretek di depan teras rumah, ujarnya “ini sehat nak, dan hati jadi tenang”. Dan sekarang, di ruang tenang minim cahaya para pemuda pencari hakikat manusia sedang melakukan ritual ‘pelepasan diri’, vape meet ala Tantra Vapor.

Sumber : Intagram Tantra Vapor

Uap hasil pembakaran coil dan kapas masih dominan disini, di Tantra Vapor, salah satu Vape shop di kota ini, Palu. Menurut sang empu, Vape Shop disini bukan sekedar datang, beli, kemudian pergi tanpa kabar dan akhirnya datang kembali saat sedang butuh. Cuuiiii…seperti kebanyakan mantan kan…Tantra Vapor menawarkan sebuah hubungan lebih sekedar penjual dan pembeli atau kegiatan ekonomi klasik, jual-beli. Disini terjadi proses interaksi yang dalam, mereka yang datang tidak dilihat sebagai ‘pasien’ namun mereka menjadi bagian dari Tantra itu sendiri. Pada akhirnya, aktivitas di Tantra Vapor menjadi semacam ritual ‘pensucian’ atau ‘pembersihan’ jiwa-jiwa yang tersesat karena ketidakpahaman mengenai vape. Agak banyak memang di luar sana cerita-cerita mengenai keburukan vape, dari liquid yang mengandung narkoba hingga daya eksplosit yang sudah memakan korban. Di Tantra Vapor, semua hal itu menjadi clear, karena menurut sang empu yang biasa disapa Koh Doni, setiap hal memiliki resiko atau sisi negatif, tidak ada yang menjadi putih seutuhnya. Untuk itu, Koh Doni seringkali mengatakan orang yang datang kesini tujuan utamanya bukan untuk melakukan transaksi ekonomi, namun pada interaksi yang dibangun oleh ekosistem Tantra. Ketika interaksi tersebut terbangun dengan baik, maka hal-hal negatif dapat diminimalisir. Seperti makna filosofis Tantra, yakni kesucian.

Kata Tantra dapat dimaknai dalam berbagai perspektif, namun menurut Koh Doni, kata Tantra lebih dekat pada pemaknaan ritual umat Hindu. Diketahui bahwa, dalam melaksanakan puja bhakti kepada Brahma, umat Hindu  diberikan kebebasan untuk dapat mewujudkannya. Secara umum bentuk Bhakti  umat Hindu dapat dilakukan dengan menggunakan: mantra, yantra, tantra, dan yoga. Makna Tantra adalah kekuatan suci dalam diri yang dibangkitkan dengan cara-cara khusus. Iya, cara tersebut dalam hal ini adalah interaksi di Tantra Vapor.  Tantra sebenarnya memiliki arti ‘membebaskan’, ‘menunjukkan’, dan ‘meningkatkan’ yang berujung pada kesucian diri. Dalam perspektif seperti ini, seringkali beberapa pengunjung yang datang ke Tantra memang bermotif untuk mencari kesenangan dan membebaskan diri dari penatnya pikiran. Lanjut ujar Koh Doni, Tantra lebih dekat bermakna sebagai tempat atau ekosistem yang di dalamnya semuanya saling membutuhkan, tidak ada obyek disini, semuanya memiliki peran yang sama.

Tantra Vapor memberikan pandangan yang berbeda mengenai bisnis vape. Mungkin, perbedaan utamanya adalah orientasi dan pandangan mengenai vape itu sendiri. Hari ini, pergeseran makna realitas seringkali mengaburkan hal substansi realitas, dan akhirnya terjebak pada hal-hal kulit semata. Sama dengan Vape, ketika  Vape pertama kali di kembangkan oleh Hon Lik, seorang berkebangsaan China, Hon Lik bertujuan untuk mengurangi sakit yang di deritanya karena terlalu banyak merokok. Artinya, substansi penggunaan Vape adalah alternatif untuk mengurangi kecanduan pada rokok. Koh Doni beberapa kali menolak pengunjung yang sebenarnya bukan perokok untuk membeli Vape di Tantra, selain itu Koh Doni juga menolak anak di bawah 18 tahun menggunakan vape di Tantra. Hari ini, tak dapat dipungkiri makna Vape oleh Hon Lik tidak lagi dominan, penggunaan Vape kemudian menjadi penanda status sosial, mulai dari harga tenk, harga liquid, dan harga mot, kesemuanya berubah menjadi fetis, bentuk pemujaan hal-hal materi yang berlebihan hingga kehilangan nilai guna dan maknanya.

Makna Vape mungkin hari ini telah bergeser menjadi komoditi, mereduksi substansi untuk sebuah sensasi. Vape tidak lagi menjadi alternative mengurangi rokok, tetapi telah menjadi candu itu sendiri sehingga menjadi prioritas. Tapi di Tantra, Vape adalah simbolisasi keutuhan manusia dalam interaksi, sama dengan gereja, masjid, pura, kuil dan segala tempat yang merepresentasikan pelepasan diri menuju kesucian. .


Write by : Trinarta

Comments

TERPOPULER

Beranjaklah

kisah mengukir hati relung yang terdalam, mengendap seperti pencuri pagi siang dan malam .. menunggu merpati bawa berita baru duduk dingin pada sebuah bangku taman .. terus saja menebak langkah kaki siapa gerangan yang datang.. hujan selalu menasehati bawalah payung ketika bepergian supaya langkah tak tersendat, supaya tak selalu berteduh di tempat asing melulu.. tanah selalu basah tanpa pohon, tat kala manusia berpayung agar terteduhkan dan tak basah seketika.. di antara ragam rupa warna daun.. menguning dan basah batangnya terlalu rapuh untuk menunggu musim gugur bertiup hening .. naluri tak cukup tentang rasa, seperti tentang sikap pula perlahan seimbang antara ruas pada jeruji hati,, bahkan ketika tubuh berkehendak atas jiwa! aku ada pada lukisan yang kau kunjungi dalam galeri pameran aku ada dalam setiap irama lawas pengusik kenangan aku meledak melesat menjauh ketika egomu berteriak kesakitan, aku ada sebagaimana cakrawala memisahkan air, membentuk lautan dan awan-aw...

Laplace’s Demon: sang Iblis yang Deterministik

Tersebutlah nama sesosok iblis. Iblis itu dikenal sebagai Laplace’s Demon , satu sosok intelegensia yang dipostulatkan oleh Pierre Simon de Laplace . Laplace—seorang ahli matematika Perancis abad ke-18 —menulis sebuah esai, Essai philosophique sur les probabilités pada tahun 1814 . Dalam esai itu, Laplace mempostulatkan adanya suatu sosok intelegensi yang memiliki pengetahuan tentang posisi, kecepatan, arah, dan kekuatan semua partikel di alam semesta pada satu waktu. Intelegensi ini sanggup memprediksi dengan satu formula saja seluruh masa depan maupun masa lampau . Laplace's Demon Linocut - History of Science, Imaginary Friend of Science Collection, Pierre-Simon Laplace, Mathematics Physics Daemon Space ( https://www.etsy.com/listing/74889917/laplaces-demon-linocut-history-of) Laplace berpendapat, kondisi alam semesta saat ini merupakan efek dari kondisi sebelumnya, sekaligus merupakan penyebab kondisi berikutnya. Dengan begitu, jika kondisi alam semesta pada saat penci...

Dialektika Bodong Ala Mahasiswa Tingkat Akhir

Ramai riuh bincang hangat dengan beberapa gelas kopi plastik pagi itu menandai hari ini-beberapa jam kemudian mungkin akan seperti biasanya. Negara, moralitas, agama dan etika menjadi buah bibir bincang kala itu. Negara telah lalai, lepas tangan dan seolah-olah buta dalam banyak hal, seperti lembaga pendidikan yg saat ini ibarat pabrik-pabrik penghasil produk tenaga kerja yg tunduk pada konglomerasi kapitalis, negara melegalkan PTN-BH. Moralitas juga semakin jauh dari induknya, moral. Teknologi diklaim sebagai asbabun wujud tindakan amoral, ayah menghamili anak kandung, anak menikam ibunya, ibu membunuh rahim sampai cekcok tetangga yang akhirnya menjadi perkelahian massal antar kampung. Berbeda dengan agama yang hadir dalam kemasan baru, berbungkus penistaan, agama dijadikan alat untuk memfasilitas birahi kekuasaan seseorang, kelompok atau mungkin Tuhan. Padahal, Tuhan sama sekali tidak minta dan tidak butuh untuk dibela. Lalu etika menjadi alasan mengapa sebagian dari mereka mempra...